Kamis, 03 April 2008

Bongkah Es Antartika Pecah Sepertiga Luas Jakarta



WASHINGTON, SELASA - Lapisan es Antartika di Kutub Selatan kembali mengalami kondisi kritis. Bagian barat benua beku tersebut pecah sehingga bongkah es seluas tujuh kali Kota Manhattan, AS atau sekitar sepertiga luas Jakarta, lepas ke lautan lepas.

Bagian yang pecah merupakan tepan beting es Wilkins yang telah terbentuk di Antartika bagian barat sejak ratusan tahun hingga 1500 tahun yang lalu. Citra satelit menunjukkan bongkahan tersebut mulai bergerak sejak 28 Februari 2008.

"Ini adalah akibat pemanasan global," ujar David Vaughan, ilmuwan Survei Antartika Inggris (BAS). Pecahan es ini akan melelah di perairan yang lebih hangat, pecah menjadi beberapa bagian, dan habis sama sekali. Namun, peluangnya tetap bertahan juga ada karena saat ini sudah memasuki periode akhir musim panas di Antartika dan suhu mulai mendingin.

Meskipun peristiwa pecahnya bongkah es dari tepian Antartika sering terjadi, kejadian yang menyebabkan pecahan sebesar ini termasuk jarang. Pecahan bongkah es yang lebih besar baru terjadi dua kali yakni di tahun 2002 dan 1995. Namun, para ilmuwan khawatir kejadian seperti itu akan semakin sering terjadi akibat peningkatan suhu atmosfer.

"Pecahnya mirip kaca yang dipukul palu," ujar Vaughan. Ia memprediksi beting es Wilkins akan habis dalam 15 tahun ke depan jika tren kenaikan suhu tidak dapat dicegah. Meskipun bagian yang telah hilang dari beting es tersebut baru 4 persen, hal tersebut tetap dapat memicu retakan lebih besar.

Para ilmuwan baru melihat kejadian tersebut sebagai akbat pemanasan global. Pada hal masih ada ancaman berikutnya karena pelelahan es Antartika akan menyumbang terhadap kenaikan muka air laut di seluruh dunia.(AP/WAH)

Sabtu, 22 Maret 2008

Membangun Pola Pikir Ilmiah Melalui KIR

Masa remaja secara psikologis merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas yang memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak.

Pada usia remaja inilah berkembang sifat, sikap, dan perilaku yang selalu ingin tahu, ingin merasakan, dan ingin mencoba. Tentu apabila tidak segera difasilitasi atau diarahkan bukan tidak mungkin akan salah arah dan berdampak negatif.

Sekarang ini, kita banyak sekali menemui para remaja yang merokok, bahkan terjerat narkoba. Ini semua berawal dari rasa ingin tahu atau coba-coba. Beberapa contoh lain tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis pada remaja diwujudkan dengan perilaku menyimpang. Sebut saja kasus geng motor yang baru-baru ini marak terjadi di berbagai daerah.

Sebenarnya, rasa keingintahuan dan perilaku coba-coba pada para remaja (baca: siswa) merupakan potensi sekaligus sebagai modal dasar dalam mengembangkan kebiasaan berpikir ilmiah, kritis, dan sistematis. Lantas bagaimana upaya kita menyalurkan rasa keingintahuan para siswa ini? Salah satu media untuk menyalurkan dan menumbuhkembangkan rasa keingintahuan siswa adalah melalui kegiatan Karya Ilmiah Remaja (KIR). KIR atau Youth Science Club pada awalnya dibentuk oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco) pada tahun 1963 untuk remaja yang berusia 12-18 tahun.

Selanjutnya, atas prakarsa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Youth Science Club disesuaikan namanya menjadi Kelompok Imiah Remaja. Saat ini KIR merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang pada umumnya masih belum begitu banyak diminati siswa. Kadang KIR itu ada di sekolah namun tidak nampak kegiatannya atau sering mengalami kevakuman alias mati suri.

Lain halnya dengan ekskul lainnya yang pada umumnya lebih banyak digemari remaja seperti paskibra, PMR, pramuka, marching band, beladiri, basket, dan ekskul olahraga lainnya.

Keberadaan KIR di setiap sekolah pun dirasakan masih sangat jarang, apalagi bagi sekolah-sekolah yang terdapat di luar kota. Kegiatan KIR di sekolah pada umumnya dilaksanakan menjelang kegiataan lomba atau momen tertentu yang akan diikuti sekolah. Seolah-olah kegiatan KIR adalah hanya mengikuti lomba-lomba saja sehingga kegiatan hanya berupa pemantapan atau pengayaan materi pelajaran saja. Tentu saja KIR sebagai wadah pengembangan kreativitas siswa tidak akan bisa terlaksana apalagi sebagai pengenalan secara dini kepada para siswa.

Kenapa para siswa perlu dikenalkan secara dini pada kegiatan ilmiah atau penelitian? Karena, kegiatan itu bisa merangsang cara berpikir kritis, melatih pola berpikir teratur (sistematis), serta meningkatkan kepekaan atau kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Penelitian ilmiah dan penulisan karya ilmiah dapat menjadi pilihan kegiatan yang menarik bagi remaja. Tak jarang, dari rasa keingintahuan lahirlah sebuah karya besar yang bermanfaat bagi masyarakat.

Berpikir cerdas, kritis, objektif dan sistematis, serta peka terhadap lingkungan sekitar merupakan syarat yang sangat dibutuhkan bagi seorang calon peneliti. Oleh karena itu, KIR membawa misi untuk membentuk remaja yang memiliki kompetensi sebagai seorang peneliti.

Sebelum kita mengenalkan KIR kepada siswa kita harus meluruskan beberapa kesan dan pandangan yang keliru terhadap KIR, seperti: melulu IPA, hanya untuk siswa pintar, tidak menyenangkan, menambah beban, tidak bermanfaat, selalu memerlukan biaya yang tinggi. Semua pandangan itu tentu sama sekali keliru.

Kegiatan KIR yang sebenarnya adalah bukan hanya monopoli kegiatan siswa IPA. Karena, semua hal yang disekitar kita dapat dijadikan objek penelitian, misalnya, mengapa kebiasaan menyontek siswa sulit di hilangkan. Bagaimana hubungan nilai UN ketika SMP dengan prestasi yang dicapai ketika SMA, dan masih banyak lagi persolan lainnya.

KIR juga tidak hanya ditujukan bagi siswa pandai atau mendapat ranking dikelasnya saja. KIR juga tidak terfokus pada salah satu mata pelajaran, sehingga pembina KIR dapat berlatarbelakang mata pelajaran apa saja. KIR dapat diikuti oleh semua siswa. Yang terpenting adalah kemauan dan keuletan. KIR juga bukanlah kegiatan yang selalu super serius hingga siswa lekas mengalami kejenuhan. Tetapi, kegiatan KIR penuh dengan inovasi dan kreativitas yang dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswa.